[DRABBLE/EUNHYUK] YoungHyuk Moment – Presdir Lee

 

Presdir Lee

Drabble YougHyuk Moment

 

Lee Hyuk Jae

Park Young Eun

A Story by : Nayma Lee

-_-_-_-_-_

 

Hyuk Jae baru saja keluar dari Hotel Toronto–Kadana, usai menghadiri rapat presentasi untuk tender barunya. Dia berjalan menunduk, dengan dua tangannya yang ia sembunyikan dibalik saku celana.

Wajahnya muram, seperti memberi tanda bahwa keadaan hatinya sedang tidak baik.

Dan yah, itu memang benar. Rupanya

perusahaannya kalah tender oleh sebuah perusahaan besar dari Jepang. Dan itu cukup

membuat Hyuk Jae menjadi kacau. Pasalnya selama ini perusahaan yang ia pimpin selalu menjadi yang terdepan untuk urusan design

pembangunan hotel. Tapi kali ini,

keberuntungan seperti sedang berpihak pada perusahaan Jepang itu yang dipimpin oleh orang korea bermarga Lee. Spontan Hyuk Jae

berpikir, apa itu perusahaan Dong Hae? Sejak pernikahanya dengan Jung In, pria itu memang

berdomisili di Jepang dengan keluarganya. Dan jika itu benar, tentu saja ini menyebalkan.

 

Sebenarnya, mungkin kekalahan Hyuk-Jae kali

ini ada hubungannya dengan suasana hatinya ketika presentasi tadi. Hatinya sedang dilanda rindu. Dari hari pertamanya di Kanada sampai

hari ini, pria itu memang belum mendengar suara istri dan putra tercintanya di Korea sana. Kesibukannya benar-benar menguras waktu.

Jika ada kesempatan menelepon-pun, justru Young Eun yang tidak menjawab dengan alasan

sibuk oleh tugas kampus dan mengurus Young Jae. Jadilah Hyuk Jae tidak bersemangat. Padahal Young Eun tau suaminya itu sangat

manja padanya. Tapi gadis itu malah terkesan senang Hyuk Jae tidak menghubunginya.

 

“Lee Hyuk Jae, kau tidak apa-apa?” Lee Sung Min, salah seorang pengusaha yang juga ikut di

presentasi bersama Hyuk Jae, dia seperti tau keadaan salah satu patnernya.

 

Hyuk Jae tersenyum ramah. Di Kanada ini, hanya Sung Mi lah sahabat baiknya yang juga

sudah bertahun-tahun membantu kemajuan hotelnya.

“Aku merindukan keluargaku. Sepertinya itu alasan kenapa aku sampai kalah tender hari ini.” Jelas Hyuk-Jae.

“Kau bisa menghubungi mereka, ‘kan? Aku yakin mereka juga merindukannmu.”

 

“Istriku itu menyebalkan. Dia tidak mau menerima panggilanku dengan alasan sibuk,” Hyuk Jae menghela napasnya kesal. Beginilah

gaya Hyuk Jae setiap merindukan keluarga kecilnya. Padahal ini bukan pertama kalinya dia harus pergi keluar negeri untuk urusan

bisnisnya. Tapi pria itu masih saja seperti ini. Manja, dan tidak mau tau dengan apa yang istrinya lakukan.

 

Sung Min terkikik geli menyaksikan reaksi wajah Hyuk Jae yang benar-benar lucu. Dia baru tau bahwa pria tampan yang selama ini ia kenal sangat gagah dan berwibawa seperti

Hyuk Jae, ternyata punya sisi manja juga.

 

“Aku jadi penasaran dengan istrimu. Juga putramu yang sepertinya sangat mirip dengamu,” Sung Min mulai membayangkan dua mahluk yang sedang Hyuk Jae rindukan saat

ini.

 

“Istriku… dia sangat cantik. Dia juga pintar. Sebenarnya dia masih punya banyak sekali kekurangan. Bahkan sampai hampir empat

tahun menikah, masakannya masih saja asin. Tapi dia tulus, dia juga sangat berusaha menjadi yang terbaik ketika didepanku. Itu yang membuatnya terlihat sempurna

dimataku,” Hyuk Jae tersenyum bangga membayangkan setiap detail ciri-ciri istrinya didepan pria yang sampai saat ini belum juga menikah.

Padahal usia Sung Min sudah sangat matang. Tapi entahlah, pria asli Korea yang

memutuskan untuk berdomisili di Kanada itu masih betah dengan kesendiriannya.

 

“Lalu putramu?” Sung Min menambahi

pertanyaannya.

 

Untuk sejenak Hyuk Jae terdiam. Sedikit melirik Sung Min sambil berpikir lalu kemudian

menjawab,” Putraku sangat mirip denganku. Dia tampan, pintar, dan kau tau? Putraku sudah berhasil merebut pujaan hatinya,” Cerita Hyuk Jae, dengan raut wajah berseri-seri.

Dan untuk kesekian kalinya Sung Min tertawa pelan usai mendegar cerita Hyuk Jae. Ceritanya yang terdengar sangat manis, membuat Sung Min ingin cepat-cepat menikah. Tapi lagi-lagi dia belum juga mempunyai kekasih.

“Kau harus secepatnya menikah. Baru kau bisa merasakan apa yang ku rasakan.” Hyuk Jae menepuk pundak Sung Min kemudian berlalu meninggalkannya.

“Oia, setelah ini aku akan menghubungi keluargaku. Terimakasih untuk saranmu.”

***

 

Hyuk Jae menghela napas berat sembari meletakkan ponsel yang ia genggam di atas kasurnya dengan kasar.

Pria itu kesal, karena lagi-lagi dia gagal menghubungi Young Eun. Pria itu sudah sangat merindukan suara istrinya. Tapi yang ia rindukan sepertinya sama sekali tidak perduli.

Bahkan dari siang sampai malam, gadis itu belum juga bisa dihubungi.

 

“Park Young Eun, kenapa kau senang sekali menyiksaku, hoh? Gadis bodoh!” Hyuk Jae mengumpat kesal.

Dan beberapa detik berikutnya, ponselnya bergetar panjang, tanda bahwa ada panggilan masuk.

Dengan gerakan malas, pria itu meraih ponselnya yang sebelumnya menjadi benda yang

paling dia benci hari ini. Rupanya panggilan itu datang dari istrinya.

Dari gadis yang sangat ia rindukan saat ini.

“Emh?” Hyuk Jae menyapa Young Eun dengan berdehem pelan.

“Hyuk-ah, mianhae… aku baru selesai mandi. Ka–”

“Tidak apa-apa. Kau lanjutkan dulu saja. Bukankah setelah mandi kau butuh satu jam untuk merias wajahmu? Aku juga sudah sangat mengantuk.”

“Yaak, apa yang kau katakan? Aku benar-benar baru selesai mandi. Mana bisa mengangkat teleponmu? Atau kau mau aku menjawab teleponmu sambil mandi, begitu?”

“Boleh juga. Jika di ingat-ingat… kita sudah jarang sekali mandi bersama, iya ‘kan?”

“Apa kau bilang?”

“Jika mengangkat teleponku dikamar mandi, aku bisa mendengar desaha–”

“Jangan mimpi! Dasar pria mesum.” Young Eun mengumpat kesal di seberang telepon, membuat Hyuk Jae terpingkal.

“Kenapa kau kasar sekali, hem? Apa kau sengaja ingin membunuhku secara perlahan? Aku merindukanmu, bodoh!”

“Aku benar-benar sibuk. Bukan bermaksud tidak mau menerima telepon darimu. Jangan marah.”

 

“Aku tidak apa-apa. Aku tidak marah,” Hyuk Jae mengeluarkan jurus andalanya yaitu berbicara dengan suara melas. Biasanya Young

Eun langsung mengerti maksud suaminya itu.

 

“Mianhae, aku bukan bermaksud

mengacuhkanmu. Kau kan tau aku sibuk dengan kuliahku. Belum lagi Young Jae, si putra nakalmu. Maafkan aku.”

 

Hyuk Jae tertawa pelan mendengar nada bicara Young Eun yang terdengar seperti menyesal.

Itu artinya rencananya berhasil.

Membuat gadis itu merasa bersalah, memang bukan hal sulit untuk Hyuk Jae.

“Bagaimana kabarmu dan Young Jae? Kalian baik-baik saja?” Hyuk Jae mulai berusaha senormal mungkin dengan nada bicaranya.

“Kami baik. Kau sendiri?”

“Aku kalah tender. Dan itu karna kau!”

“Nde? Kenapa karna aku?”

“Karna aku terlalu merindukannmu. Kau selalu bilang sibuk, sampai aku tidak bisa menghubungimu. Aku tidak fokus di presentasi tadi.”

“Dasar gila. Hanya karna hal kecil seperti itu kau melepaskan hal besar untuk perusahaanmu.”

“Merindukanmu itu hal besar, sayang. Seharusnya kau tau bahwa ternyata kau berdampak sangat besar dikehidupanku. Apa kau tidak terharu?”

“Kau seperti anak kecil. Bagaimana aku bisa terharu?”

 

Hyuk Jae menghela napas lagi, menghentikan sebentar percakapannya dengan istrinya yang

memang sangat menyebalakan. Meski begitu, Hyuk Jae tak bisa memungkiri betapa

bahagianya dia akhirnya bisa mendengar suara istrinya seperti saat ini.

“Kau sedang apa?”

“Mengeringkan rambut.”

“Pantas saja berisik. Matikan sebentar mesinnya.”

“Sebentar lagi selesai. Lagipula untuk apa dimatikan? Kau juga masih bisa mendengar suaraku, ‘kan?”

Hyuk Jae menghela napas lagi. Lagi dan lagi pria itu harus mengalah.

“Youngie-ah…”

“Wae?”

 

“Youngie-ya, saranghae,” Hyuk Jae berkata manja. Dia berbicara sembari menyenderkan punggunya

di badan ranjang. Pria itu benar-benar sedang menikmati waktu

istirahatnya yang ia gunakan untuk

menghubungi istrinya.

Meski dengan tema obrolan yang sangat tidak jelas, tapi pria itu menikmatinya. Menikmati

setiap kata-kata yang ia dengar dari suara istrinya yang merdu.

“Hyuk-ah, apa di Kanada kau juga bersama Siwon Oppa?”

 

Mendengar pertanyaan Young Eun tadi, Hyuk Jae seperti tidak bisa lagi menemukan posisi

yang nyaman di kasurnya itu.

Lagi-lagi Siwon. Kenapa istrinya itu seperti sangat mengidolakan Siwon? Padahal jika di pikir-pikir dibandingkan Hyuk Jae, Siwon masih

belum seberapa. Tapi kenapa Young Eun malah lebih suka menyanjung pria lain dibanding suaminya?

“Dia tidak ikut. Kenapa?” Hyuk Jae jengkel.

“Tidak apa-apa. Aku hanya bertanya.”

“Jangan membahas pria lain jika sedang berbicara denganku. Aku tidak suka!”

“Apa kau sedang cemburu? Ck, lucu sekali,” Young Eun malah menggoda Hyuk Jae.

 

“Jangan menggodaku atau ku matikan teleponnya,” Hyuk Jae mengancam, berharap istrinya itu berhenti dengan tema obrolannya

yaitu membahas pria berkumis itu. Menggelikan.

 

“Matikan saja, bukankah kau yang

merindukanku?”

“Yaak, kau? Aish… sudahlah, ternyata kau benar. Merindukanmu memang hal yang sangat tidak penting.”

 

“Tuuutttt…

Hyuk Jae mematikan sambungan teleponnya kasar. Sudah berkali-kali dia memperingati

Young Eun untuk tidak membahas pria lain, tetap saja tidak didengar. Suami mana yang tidak marah.

Hyuk Jae yakin di sana pasti istrinya itu sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Lalu besoknya dia akan menceritakan hal ini pada teman kampusnya. Kekanakan sekali dia.

 

Tapi tak lama, ponsel Hyuk Jae kembali berdering. Hyuk Jae langsung mengarahkan

matanya pada ponselnya dan bisa membaca dengan jelas siapa yang menghubunginya.

“Dia lagi? Untuk apa?” Hyuk Jae menggerutu kesal usai membaca nama Istrinya dilayar ponsel.

“Emh, apa lagi?” Hyuk Jae mengangkat panggilan tersebut dengan malas.

“Hyuk-ah, kenapa menutup teleponku tidak sopan begitu? Kau bahkan melupakan sesuatu,”Young Eun membeo diujung telepon.

“Melupakan sesuatu? Apa?” Hyuk Jae bingung.

“Ciuman selamat malam… muach, selamat tidur sayang. Saranghae.”

 

“Tuuut..

Kali ini giliran Young Eun yang menutup telepon itu sembarangan.

Hyuk Jae mematung untuk beberapa saat. Tapi kemudian pria itu tersenyum. Dia bahagia, ternyata dibalik sikapnya yang menyebalkan

Young Eun sama sekali tidak pernah melupakan kewajibannya. Ciuman selamat malam ? Ciuman singkat yang sangat manis.

 

“Dasar gadis bodoh. Kenapa aku sangat mencintamu, hoh?” Hyuk Jae menatap geram kearah ponselnya.

Hanya sebentar. Hanya sederhana. Tapi sikap Young Eun padanya selalu bisa membuatnya kembali bersemangat menjalani rutinitas

melelahkan setiap harinya. Pria itu tersenyum. Tersenyum puas karna

rindunya sudah benar-benar terobati.

 

Fin

Publised By Allison

One thought on “[DRABBLE/EUNHYUK] YoungHyuk Moment – Presdir Lee

Leave a comment