[ Donghae ] ONESHOT || Only You!

 

Tittle : Only You!

Cast : Lee Donghae, Cho Ae Hyun

Genre : AU, OOC

Rate : PG-17/ Straight

 

Original Story by Rereiko Rey

 

Adakah yang jauh lebih membahagiakan selain bisa bersama orang yang begitu kau cintai? Adakah yang jauh lebih membahagiakan selain bisa menghabiskan waktu berdua bersama orang yang begitu kau kasihi? Apakah ada yang jauh lebih membahagiakan di dunia ini selain bisa menghabiskan waktu bersama orang yang sangat berarti dalam hidupmu sampai akhir hayat nanti? Tak ada yang tak menginginkannya. Tak ada yang tak menginginkan itu semua terjadi. Dalam hidup ini harapan terbesar seseorang adalah bisa bersama dengan dirinya yang mampu membuatmu merasa betapa indahnya dunia ini saat kau berada di sisinya dan betapa tak berartinya dunia ini saat kau tak bisa bersamanya.

 

Hembusan angin tampak menerbangkan helaian rambut panjang bergelombang seorang gadis cantik yang saat ini tak henti-hentinya menyunggingkan senyum bahagia di paras cantiknya. Senyum yang menandakan betapa bahagianya dia saat ini. Betapa indahnya suasana hatinya saat ini. Dan… senyum bahagia yang menandakan betapa beruntungnya dia bisa memiliki kekasih seperti pria yang ada di sampingnya saat ini. Kekasih terbaik yang pernah di milikinya.

“Oppa….” Ae Hyun tampak tersipu malu saat Donghae mengacak-acak rambutnya dan memberikan sebuah kecupan singkat tepat di bibirnya. Saat ini mereka memang tengah berada di taman yang berada di halaman belakang rumah Ae Hyun. Taman yang dibuatnya sendiri dan ditumbuhi dengan begitu banyak bunga matahari. Bunga yang akan selalu menjadi bunga kesukaannya.

“Apa kau bahagia?” Donghae bertanya seraya mengelus surai hitam kekasihnya itu yang kini tengah memandangi hamparan bunga di hadapannya dengan wajah ceria.

“Tentu saja. Aku akan merasa bahagia asalkan kau selalu berada di sisiku Oppa.” Ae Hyun menjawab dengan begitu jujur. Dia memang sudah tak membutuhkan apa-apa lagi selain keluarga dan juga kekasih yang senantiasa berada di sisinya. Mencintai dan juga menyayanginya dengan sepenuh hati.

“Aku memang akan selalu berada di sisimu sayang. Lagipula… mana bisa aku melirik wanita lain sementara di hadapanku ada wanita secantik dirimu.” Ae Hyun hanya menanggapi ucapan Donghae barusan dengan sebuah tawa kecil. Donghae pun juga malah ikut-ikutan tertawa seperti kekasihnya itu sebelum pada akhirnya menarik Ae Hyun ke dalam pelukannya dan memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang.

“Oppa.”

“Hmm….”

“Apa kau mau berjanji padaku?” Ae Hyun bertanya dengan nada yang terdengar begitu serius dan itu membuat Donghae mau tak mau segera melepaskan pelukannya dan menatap kekasihnya dengan begitu intens.

“Mwo?”

“Apa-apa kau ingin berjanji padaku untuk tak meninggalkanku? Berjanji padaku untuk tak berpaling pada wanita lain apapun yang terjadi padaku? Berjanji untuk selalu berada di sisiku dan menyayangiku dengan sepenuh hati?” Donghae tak mengeluarkan sepatah katapun saat mendengar Ae Hyun menanyakan hal itu padanya. Dia hanya menatap mata gadis itu dan mencoba mencari sesuatu hal yang sempat terbersit dalam pikirannya.

“Apa kau meragukanku Hyunnie-ya?” Donghae tampak tak menggubris pertanyaan Ae Hyun barusan dan malah berbalik bertanya pada gadis itu. Memang wajar jika Donghae menanyakan hal seperti itu mengingat hubungan mereka yang sudah berjalan selama dua tahun dan tak pernah sekalipun pria itu melakukan hal yang menyakiti gadisnya itu.

“Mwo? Ani. Aniya Oppa. Aku-aku hanya ingin memastikannya saja. Aku hanya ingin mendengarkan jawabanmu saja. Aku takut. Bahkan sangat takut jika pada akhirnya nanti kau malah meninggalkanku saat hatiku sudah tak mampu lagi untuk melepaskanmu.” Ae Hyun mengucapkannya dengan suara yang tiba-tiba saja berubah menjadi parau. Bukannya dia meragukan Donghae selama ini hanya saja dia takut. Sangat takut jika pada akhirnya pria itu malah berpaling darinya hanya karena rasa bosan ataupun jenuh padanya.

“Apa kau ingin aku berkata jujur?” Donghae bertanya tak kalah seriusnya yang dijawab dengan anggukan oleh gadis itu. Dan entah kenapa Ae Hyun langsung saja merasa takut untuk mendengarkan jawaban pria itu.

“Ae Hyun-ah, dengarkan aku baik-baik. Jujur saja, kadang aku berpikir bagaimana mungkin aku bisa bersamamu. Bagaimana mungkin aku bisa bertahan bersamamu selama ini tanpa melirik wanita lain ataupun mencoba untuk bermain di belakangmu. Bagaimana mungkin rasaku padamu selama ini tak pernah memudar dan malah terus bertambah setiap harinya. Sampai pada akhirnya aku sadar. Jika kau adalah gadis yang benar-benar sempurna. Kau cantik, pintar dan memiliki segalanya dalam hidupmu ini. Sedangkan aku? Aku hanya seorang pegawai kantoran biasa yang jika dilihatpun sangat tak pantas untuk bersanding denganmu.”

“Oppa….” Raut wajah Ae Hyun sontak saja berubah saat Donghae mengungkit hal-hal seperti itu padanya. Selama ini dia tak pernah memikirkan status sosial di antara mereka. Dia tak peduli. Benar-benar tak peduli apapun pekerjaan Donghae selama ini asalkan itu bukan hal yang membahayakannya. Bahkan dari awal dia hanya melihat Donghae dan tak menganggap ada pria-pria berwajah dua yang dulu sering mendekatinya.

“Aku bersyukur  Ae Hyun-ah. Sangat bersyukur karena kau mau melihatku dan memilihku di antara banyaknya pria-pria yang derajatnya setara denganmu. Dan akan sangat bodoh jika aku malah meninggalkanmu yang mau menerimaku dalam keadaan apapun dan malah memilih wanita yang belum tentu tulus mencintaiku seperti dirimu sayang.” Donghae segera saja menarik Ae Hyun kembali ke dalam pelukannya dan memeluk gadis itu dengan segenap hatinya. Memeluk gadis yang amat sangat di cintainya itu dengan perasaan yang sudah tak mampu untuk dia ungkapkan lagi.

“Aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu Cho Ae Hyun. Jadi… jangan pernah meragukanku ataupun menanyakan hal seperti itu lagi padaku. Karena hanya kau. Hanya kau yang ada dalam setiap hembusan napasku ini.” Usai mengatakan itu Donghae segera mempersempit jarak antara dirinya dan juga Ae Hyun. Mengecup bibir gadis itu dengan lembut dan juga penuh kasih sayang. Menyalurkan semua rasa sayangnya pada gadis itu dan bersyukur Ae Hyun juga membalasnya dengan penuh kelembutan. Setidaknya saat ini mereka berdua sudah mengetahui perasaan masing-masing.

 

***

 

Kebahagiaan itu sederhana. Sesederhana dia yang mampu memerangkap hatimu dengan begitu mudahnya. Sesederhana dia yang mampu membuatmu tak bisa berpaling darinya. Sesederhana dia yang selalu memenuhi kehidupanmu. Dan sesederhana kau yang juga balas mencintainya dengan sepenuh hati dan penuh kesungguhan

Ae Hyun sudah tak mampu lagi menahan senyumnya saat membayangan kejutan dan hadiah apa nantinya yang akan diberikan Donghae tepat pada saat hari ulang tahunnya. Mengingat jika tahun lalu pria itu malah mengajaknya makan malam romantis berdua dengan suasana kafe yang seolah-olah semua isinya terbuat dari cokelat. Belum lagi makanannya yang terbuat dari cokelat yang memang merupakan sesuatu yang sangat di sukainya. Serta sebuah cincin polos tanpa permata yang terbuat dari emas putih dengan ukiran H&H di bagian dalamnya. Yang malah membuatnya merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini. Donghae memang selalu memperlakukannya dengan begitu istimewa. Seolah-olah dia ini sesuatu yang paling berharga.

“Ae Hyun-ah.”

“Cho Ae Hyun….”

“Eoh?” Ae Hyun tersentak kaget saat merasa ada yang memukul bahunya dengan lumayan keras dan segera mengetahui siapa pelakunya saat baru saja menengokkan kepala ke sisi kanannya.

“Eomma.”

“Sudah sedari tadi Eomma memanggilmu tapi kau tak juga menjawabnya dan malah terseyum tak jelas dengan wajah merona.” Ae Hyun tak mampu membantah ucapan ibunya barusan saat mendapati wanita berusia empat puluh tahunan itu tersenyum geli ke arahnya.

“Aku-aku hanya—”

“Hanya memikirkan kekasih tampanmu itu?” Mau tak mau Ae Hyun harus mengakui pertanyaan ibunya barusan. Dia memang tengah memikirkan Donghae dan tak ada gunanya juga untuk berbohong karena ibunya sudah pasti mengetahui itu dengan sangat jelas.

“Aigoo. Apa bisa sehari saja kau tak memikirkannya, eoh?” Ibu Ae Hyun bertanya seraya mengelus rambut putri semata wayangnya itu dengan penuh kasih sayang. Setidaknya dia sangat bersyukur karena bisa selalu berada di sisi anaknya itu sekalipun memiliki perusahaan yang begitu besar.

“Seandainya bisa aku pasti akan melakukannya Eomma. Tapi sayang, menantumu itu sudah menyita seluruh hati dan pikiranku ini.” Ae Hyun memang tak pernah risih untuk berkata jujur pada kedua orang tuanya. Karena dari awal menjalin hubungan dengan Donghae pun dia sudah mengenalkan pria itu sebagi kekasihnya dan beruntung kedua orang tua gadis itu menerimanya dengan senyuman hangat.

“Tsk! Anak ini. Apa kau ingin ulang tahunmu kali ini dirayakan sayang?” Ibu Ae Hyun segera saja menanyakan hal yang membuatnya menghampiri anak semata wayangnya itu. Dua hari lagi memang sudah merupakan ulang tahun Ae Hyun yang kedua puluh satu maka dari itu dia menanyakannya. Mengingat Ae Hyun yang tak pernah mau merayakan hari ulang tahunnya secara besar-besaran dan tahun lalupun dia hanya merayakannya bersama Donghae lalu setelah itu bersama keluarga dan juga sahabat-sahabatnya. Beruntung kedua orang tua Ae Hyun mau memakluminya.

“Mwo? Aniya Eomma. Aku yakin Donghae Oppa pasti akan memberikanku kejutan yang jauh lebih dari tahun lalu. Lagipula Eomma juga tahukan jika aku tak pernah menyukai hal-hal yang terlalu mewah seperti itu.” Ae Hyun sudah tentu menolaknya. Bukannya dia tak menghargai perhatian yang kedua orang tuanya berikan. Hanya saja dia memang tak membutuhkan perayaan yang seperti itu. Baginya, bisa berkumpul bersama dengan orang yang sangat dicintainya sudah lebih dari cukup.

“Eomma sudah yakin jika kau akan berkata seperti itu, Nak. Baiklah. Eomma tak akan memaksamu. Lagipula Eomma juga sudah tak sabar ingin mengetahui kejutan apa yang akan diberikan oleh kekasihmu itu. Dan Eomma berharap dia akan segera melamarmu.” Ibu Ae Hyun tampak terkikik geli usai mengatakan itu semua yang hanya ditanggapi Ae Hyun dengan wajah merengut. Nyonya Cho memang tak main-main akan ucapannya barusan karena dia sudah terlanjur percaya pada Donghae dan tak akan merasa keberatan jika pria itu segera meresmikan hubungan mereka berdua di hadapan Tuhan. Dan tak dipungkiri jika Ae Hyun pun juga mengharapkan hal yang sama sekalipun dia tak pernah menunjukkannya.

 

***

 

Indahnya pancaran sinar bulan dan bintang di atas sana tak mampu untuk mengalihkan perhatian Ae Hyun dari wajah pria yang saat ini berada di sampingnya. Pria yang bahkan sudah menyita seluruh perhatiaannya selama ini. Bahkan siapapun yang melihat pancaran mata gadis itu tahu jika dia sangat mencintai dan juga menyayangi pria yang masih berstatus sebagai kekasihnya itu. Dan dia tak akan malu untuk mengakuinya pada seluruh isi dunia ini.

“Wae?” Donghae bertanya saat merasa jika sedari tadi Ae Hyun terus menatapnya dan segera mengalihkan perhatiannya untuk balik menatap gadis itu. Saat ini mereka memang tengah berada di taman yang hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit jika di tempuh dari rumah gadis itu.

“Aku mencintaimu.” Ucap Ae Hyun dan kali ini malah mengelus ke dua pipi Donghae dengan penuh kasih sayang. Ae Hyun bahkan tak tahu sudah sejak kapan dia menjadi begitu tergila-gila hanya karena pria bernama Donghae ini. Bahkan saat mendengar suara halus Donghae tadi dia sudah tak mampu lagi untuk mendengar suara lain yang berada di sekitarnya.

“Nado. Nado saranghae.” Balas Donghae dan kali ini malah menggenggam tangan Ae Hyun yang tadi masih mengelus pipinya.

“Apa kau bahagia?”

“Mwo? Tentu saja. Asalkan aku bersamamu akan kupastikan jika aku akan selalu bahagia. Karena hanya kau yang mampu membuatku merasakan itu semua.”

“Jika aku tak bersamamu lagi apa kau juga akan merasa bahagia?” pertanyaan Donghae sontak saja membuat Ae Hyun terdiam dengan wajah memucat. Tak pernah sekalipun dia memikirkan hal itu. Tak pernah. Karena dia yakin jika dia dan Donghae memang sudah ditakdirkan untuk bersama selamanya.

“Apa kau akan bahagia Ae Hyun-ah?” ulang Donghae saat menyadari jika Ae Hyun tak juga menjawab pertanyaannya dan malah mendapati gadis itu tengah menatapnya dengan ekspresi yang sangat sulit untuk dia ungkapkan.

“Oppa….” Ae Hyun tiba-tiba saja merasakan sakit di dalam sana saat mendengar pertanyaan Donghae barusan. Dia tak tahu jika pertanyaan seperti itu mampu membuatnya merasakan sakit seperti sekarang ini. Dia bahkan tak tahu akan bagaimana rasanya jika seandainya saja itu benar-benar terjadi.

“Hyunnie-ya.” Donghae memanggil Ae Hyun dengan suara yang terdengar begitu sangat khawatir saat mendapati gadis itu malah menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata memerah. Sungguh dia tak bermaksud apapun menanyakan hal seperti itu. Dia hanya ingin tahu apakan Ae Hyun akan selalu merasa bahagia sekalipun itu tak bersamanya.

“Chagi-ya, aku hanya bertanya saja. Jadi, jangan berpikiran yang tidak-tidak ne.” Donghae langsung saja mendekap gadis itu guna menenangkannya. Dia bahkan merasa sangat menyesal sudah menanyakan hal seperti itu pada kekasihnya.

“OMO! Uljima.” Donghae tersentak kaget saat mendengar satu isakan lolos dari bibir gadis itu. Tak menyangka jika pertanyaannya barusan malah akan sangat menyakiti Ae Hyun.

“Donghae Oppa….”Ae Hyun hanya mampu memanggil nama Donghae di sela-sela isakannya. Dia bukannya cengeng atau bahkan sudah memberikan sesuatu yang sangat berharga pada dirinya untuk pria itu. Hanya saja rasa yang dimilikinya untuk pria itu sudah begitu dalam dan juga dia sudah terbiasa dengan kehadiran Donghae yang selalu menemaninya selama ini. Tak peduli sesibuk atau seletih apapun pria itu, dia pasti akan selalu berusaha menyempatkan waktu untuknya.

“Uljima. Aku tak akan mungkin meninggalkanmu Hyunnie-ya.” Ucap Donghae menenangkan dan bersyukur isakan Ae Hyun sudah tak terdengar lagi. Gadis itu malah memeluknya dengan begitu erat seolah-olah tak membiarkan Donghae untuk beranjak walau sedikitpun.

“Aku tak akan ke mana-mana sayang.” Ucap Donghae seraya tersenyum geli sementara Ae Hyun malah semakin menenggelamkan wajahnya dalam dekapan hangat pria itu.

“Kajja kita pulang. Angin malam sudah mulai semakin terasa dan aku tak ingin jika kau sampai sakit.” Donghae segera melepaskan pelukan Ae Hyun dan berbalik menggenggam tangan gadis itu menuju motor sport berwarna merah yang memang di gunakannya. Menurutnya menggunakan motor jauh lebih romantis dari pada menggunakan mobil. Karena dengan begitu, dia bisa merasakan pelukan Ae Hyun yang selalu membuatnya merasa nyaman.

 

***

 

Benarkah jika selalu bersama dengan orang yang sangat kau kasihi bisa membuatmu untuk selalu merasa bahagia? Tapi… apakah kau bisa menjamin itu semua? Bisa menjamin agar dia selalu berada di sisimu? Bisa menjamin agar dia selalu membuatmu merasa bahagia dengan kehadirannya? Dan yang terpenting… bisa menjamin agar dia selalu menjadi milikmu sampai akhir hayat nanti? Dan jawabannya TIDAK! Karena hanya Tuhan yang tahu semua itu. Sebab… dialah penulis takdir yang mampu melakukan segalanya tak peduli perasaanmu padanya seperti apa karena dia selalu mengetahui yang terbaik untuk hidupmu sekalipun kau berusaha sekuat mungkin untuk menolak ataupun menentangnya.

Ae Hyun tak tahu perasaan apa yang saat ini sedang menghampirinya. Tanpa alasan yang jelas tiba-tiba saja dia merasa khawatir dan takut dalam waktu yang bersamaan. Bahkan semakin dia berusaha untuk tak mempedulikannya malah semakin kuat pula perasaan itu menggerogoti hatinya. Dan satu-satunya yang ada di pikirannya saat ini hanyalah kekasihnya—Donghae—

“Aniya. Donghae Oppa pasti baik-baik saja.” Lirih Ae Hyun mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri walau tak dipungkiri jika dia malah semakin merasa tambah khawatir.

“Yeoboseo….” jawab Donghae di seberang sana.

“Oppa, gwenchanayo?”

“Mwoya? Nan gwenchana Hyunnie-ya.”

“Keundae, perasaanku tiba-tiba menjadi tak enak Oppa.” Ucap Ae Hyun jujur bahkan setelah mendengar jawaban Donghae perasaannya tak berubah walau sedikitpun.

“Aku baik-baik saja sayang. Jadi, tak usah cemas ne. Aku yakin jika itu hanya perasaan sementara saja.” Jelas Donghae menenangkan. Dia memang tak ingin membuat Ae Hyun berpikiran yang tidak-tidak atau malah mengkhawatirkannya.

“Baiklah. Jangan lupa makan siang ne. Aku mencintaimu.” Ucap Ae Hyun dan segera memutuskan sambungan teleponnya sebelum Donghae sempat menjawabnya. Baru kali ini dia merasakan perasaan seperti ini dan itu tepat di hari ulang tahunnya. Dia hanya berharap jika sesuatu yang tak diinginkannya terjadi.

Teriknya matahari di atas sana tak juga menghentikan langkah Ae Hyun untuk segera sampai ke kedai ice cream yang selama ini menjadi langganannya bersama Donghae. Jika ada waktu, Donghae pasti akan selalu mengajaknya dan memesankannya satu cup besar rasa cokelat yang akan dihabiskannya dengan senang hati. Saat ini dia benar-benar membutuhkan segala sesutu yang berbau cokelat karena hanya itu yang mampu menenangkannya.

“Selamat siang ahjussi.” Sapa Ae Hyun ramah pada pemilik kedai yang keseluruhan rambutnya telah berwarna putih tapi tampak masih begitu kuat untuk bekerja.

“Selamat siang Ae Hyun-ah. Apa kau tak bersama Donghae?” tanya Han ahjussi sang pemilik kedai saat melihat Ae Hyun hanya datang seorang diri karena selama ini gadis itu pasti akan selalu bersama sang kekasih jika datang ke kedainya.

“Mwo? Aniya ahjussi. Donghae Oppa masih harus bekerja. Aku pesan seperti yang biasa ne.” Jelas Ae Hyun dan hanya ditanggapi dengan sebuah anggukan dan senyuman dari sang pemilik kedai. Lalu segera menuju ke salah satu meja yang terletak paling belakang dan juga merupakan tempat kesukaannya selama ini.

Ae Hyun langsung saja mamakan ice cream cokelat yang ada di hadapannya saat ini. Dan itu benar-benar mampu untuk membuatnya merasa jauh lebih baik lagi. Sekalipun harus merasa ada yang kurang karena selama ini dia selalu bersama Donghae. Tapi di sisi lain dia juga harus mengerti akan pekerjaan yang kekasihnya itu lakukan. Sampai matanya menangkap sosok yang tak begitu asing.

“Donghae Oppa….” lirih Ae Hyun dan segera beranjak dari duduknya tanpa sempat membayar terlebih dahulu. Dia yakin. Sangat yakin jika sosok yang tadi sempat dilihatnya adalah kekasihnya sendiri. Dan tepat di depan sana Ae Hyun melihat jika Donghae tengah menggandeng seorang wanita yang sama sekali tak dia ketahui siapa.

Donghae terus saja melangkahkan kakinya dengan tangan yang bertaut mesra serta senyuman yang senantiasa terpancar di wajah tampannya. Seolah-olah tampak begitu bahagia dengan kehadiran gadis yang berada di sampingnya dan jujur saja itu membuat Ae Hyun merasakan sakit.

“Donghae Oppa.” Ae Hyun sudah tak sanggup untuk menahannya lagi dan segera mempercepat langkahnya untuk bisa sampai di hadapan Donghae dan meminta penjelasan dari pria itu. Dia sungguh ingin mendengar apa maksud dari semua ini langsung dari bibir pria yang sangat di cintainya itu.

“Geumanhae!”

“Ae Hyun-ah.” Donghae tentu saja terkejut dengan kehadiran Ae Hyun di hadapannya saat ini. Bahkan pria itu hanya mampu mematung di tempat dengan mata yang tak lepas memandangi Ae Hyun. Tak tahu harus mengatakan apa.

“Ige mwoya?” tanya Ae Hyun dan berusaha sebisa mungkin agar suaranya terdengar normal.

“Donghae Oppa, jawab aku!” pekik Ae Hyun dan sontak saja membuat Donghae menghela napas kasar. Seharusnya tak secepat ini Ae Hyun mengetahui ini semua. Setidaknya sampai dia benar-benar siap untuk menjelaskannya.

“Mianhae,” Donghae hanya mampu mengucapkan maaf sementara Ae Hyun sudah berdiri dengan tubuh yang bergetar. Dia tak ingin mendengarnya. Tak ingin mendengarkan jika kenyataanya pria yang selama ini selalu mengucapkan kata cinta malah mengkhianatinya dan membuatnya merasakan sakit seperti sekarang ini.

“Andwae! Bukankah kau sudah berjanji padaku Oppa? Bukankah malam itu kau sudah berjanji untuk tak meninggalkanku hanya karena wanita lain?” Ae Hyun bertanya denga air mata yang sudah menetes di kedua pipi putihnya. Demi apapun dia tak akan pernah melupakan setiap kata yang pernah Donghae ucapkan. Semua janji yang pria itu katakan padanya. Dan sekarang dia harus menerima kenyataan jika pria itu malah melanggar janjinya sendiri.

“Waeyo? Waeyo Oppa?” Ae Hyun kembali bertanya saat Donghae tak juga menjawab pertanyaannya. Pria itu hanya menatapnya dalam diam dengan tangan yang masih bertautan dengan ‘kekasih barunya.’

“Aku bosan! Aku benar-benar bosan selama dua tahun ini terus bersamamu. Aku juga bosan jika harus terus mengucapkan kata-kata romantis dan itupun pada orang yang sama!”

“Bukankah malam itu kau sendiri yang berjanji padaku Oppa? Kau sendiri yang mengatakan jika kau tak akan mungkin bisa melihat wanita lain karena ada aku? Bukankah kau juga yang bilang jika tak akan mungkin mengkhianatiku?” Ae Hyun masih tampak berusaha untuk mengingatkan Donghae akan janjinya sendiri. Berharap jika Donghae berkata apa yang dilihatnya ini tak benar.

“Apa kau benar-benar mempercayainya? Sayangnya ini semua memang nyata. Seharusnya kau sadar jika apa yang orang katakan padamu itu belum tentu benar. Seperti apapun sikap orang itu padamu kau tetap saja tak boleh mempercayainya seratus persen. Ada banyak hal yang tak kau ketahui di dunia ini Cho Ae Hyun. Karena kau bukan Tuhan!” Ae Hyun benar-benar tak menyangka Donghae akan berkata seperti itu padanya. Dan sontak saja sosok yang berada di hadapannya tak lagi seperti Donghae yang selama ini dikenalnya. Tak ada lagi Donghae yang berkata dengan begitu lembut padanya. Tak ada lagi Donghae yang senantiasa memandangnya dengan penuh cinta. Dan tak ada lagi Donghae yang sering mengucapkan kata penuh kasih padanya. Yang ada hanyalah seorang pria yang membuat hatinya terasa begitu sakit bagaikan ditusuk oleh pisau paling tajam sehingga dia hanya bisa merasakan sakitnya saja saat pisau itu sudah tak lagi menancap di hatinya.

“Maldo andwae! Kau pasti mengerjaikukan Oppa? Katakan padaku jika ini hanya bagian dari rencanamu saja? Katakan jika ini hanyalah kejutan ulang tahun yang kau berikan padaku? Katakan Oppa? Aku mohon katakan!” Ae Hyun sudah tak peduli lagi jika kini dirinya malah menjadi tontonan. Bahkan sampai ada yang memandangnya dengan tatapan prihati seolah-olah dia ini makhluk yang paling pantas di kasihani di dunia ini.

“Aku tak main-main Cho Ae Hyun. Dan anggap saja ini sebagai hadiah ulang tahun yang tak terlupakan dariku.” Jelas Donghae santai tanpa mempedulikan Ae Hyun seperti apa saat ini. Gadis itu masih saja terisak dengan rasa sakit yang sudah tak mampu untuk dia ungkapkan. Seolah-olah rasa sakit itu sudah menyerap semua kemampuannya dan hanya meninggalkan raganya saja tanpa jiwa sama sekali.

Rasa yang selama ini selalu mengisi hari-harinya selama dua tahun musnah sudah hanya dalam hitungan detik. Rasa yang awalnay terasa begitu membahagiakan malah terasa hambar—tak bernyawa—pada akhirnya

“Donghae Oppa….”

“Ae Hyun-ah…..”

“Oppa.”

“DONGHAE OPPA!” teriak Ae Hyun dan pada saat itu juga dia baru bangun dari tidur nyeyaknya yang malah membawanya pada mimpi  buruk. Mimpi yang terasa begitu nyata.

“Oppa….” Ae Hyun langsung saja menarik Donghae ke dalam pelukannya saat menyadari jika itu semua hanyalah mimpi dan mendapati pria iu tengah menatapnya dengan begitu khawatir saat membuka mata tadi.

“Uljima.” Ucap donghae seraya mengecup pucuk kepala Ae Hyun dan pada saat itulah gadis itu baru sadar jika saat ini bukan hanya ada Donghae tapi juga kedua orang tuanya tengah memandangnya dengan penuh kekhawatiran.

“Eomma, Appa.” Gumam Ae Hyun dan segera melepaskan pelukannya lalu malah berbalik memandang wajah Donghae guna memastikan jika itu tadi hanyalah mimpi.

“Aku mohon jangan pernah meninggalkanku. Aku mohon Oppa.” Mau tak mau isakan itu kembali terdengar. Bahkan sampai sekarang pun rasa sakit itu masih saja Ae Hyun rasakan.

“Tenanglah. Aku yakin jika itu hanya mimpi chagi-ya.”

“Tap-tap—”

“Ssttt! Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Percayalah.” Usai mengatakan itu Donghae segera mengecup kening Ae Hyun dengan penuh kasih sayang dan tanpa rasa canggung sama sekali sekalipun kedua orang tua Ae Hyun berada di situ.

“Aigoo. Kau benar-benar membuat kami khawatir, Nak.” Ucap ibu Ae Hyun seraya berjalan ke arah anaknya itu.

“Tadi saat baru saja memasuki kamarmu kami malah mendapatimu tengah terisak dengan tubuh bergetar.” Kali ini ibu Ae Hyun mengusap rambut anaknya lalu setelah itu memeluknya dengan begitu erat.

“Selamat ulang tahun sayang. Eomma hanya berharap jika Donghae segera melamarmu karena aku sudah tak sabar ingin menimang cucu.”

“Eomma….”

“Selamat ulang tahu Hyunnie-ya.” Kali ini ayah Ae Hyun yang memberikan ucapan selamat serta pelukan dan juga ciuman hangat pada ke dua pipinya. Usai melakukan itu dia segera beranjak keluar kamar diikuti dengan sang istri meninggalkan anaknya bersama sang kekasih.

“Saengil chukkaeyo chagi-ya. Mianhae jika aku masih banyak kekurangan ne. Doaku tak pernah berubah. Aku hanya berharap jika kau selau berada di sisiku begitupun sebaliknya. Selalu mencintai dan juga menyayangiku dalam keadaan apapun. Dan juga… kau tak boleh menikahi pria lain karena aku—” Donghae tak melanjutkan kata-katanya dan malah mengeluarkan sebuah kotak perhiasan beludru berwarna dark magenta dengan sebuah cincin berwarna putih polos dengan ukiran H&H di bagian dalamnya persis seperti yang ada di dalam mimpinya.

“Oppa….”

“Ae Hyun-ah, will you—”

“I do,” bahkan belum sempat Donghae menyelesaikan ucapannya Ae Hyun sudah menjawabnya terlebih dahulu. Dia tak membutuhkan waktu untuk berpikir jawaban apa yang nantinya akan dia berikan pada pria itu. Karena tanpa disuruh sekalipun dia akan dengan senang hati untuk mengatakan—YA— Sebab, tak ada yang jauh lebih membahagiakan lagi selain bisa hidup bersama dengan penuh kebahagiaan bersama orang yang sangat kau cintai.

“Saranghae Cho Ae Hyun.” Ucap Donghae saat baru saja memasangkan cincin tersebut ke jari manis di tangan sebelah kiri Ae Hyun yang terlihat begitu sangat indah.

“Nado saranghaeyo Lee Donghae.” Jawab Ae Hyun sebelum pada akhirnya saling menyalurkan rasa sayang satu sama lain dengan kebahagiaan yang tak mampu untuk mereka ungkapkan. Sebab… cinta yang mereka miliki tak akan mampu untuk dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Cinta yang senantiasa akan tetap dijaga kesuciannya oleh-NYA.

 

 

END

Akhirnyaaaaaaaaaaaaaaaaa selesai juga, kkk~~~ FF ini kubuat khusus untuk hari ulang tahunku sendiri beberapa hari yang lalu 😛 *nasibgakadayangbuatin* TT___TT Semoga gak mengecewakan ne, heheh Dan makasihhhhhhh buat yang udah mau baca FF pasaranku yang kesekian kalinya ini~~

Makasih juga buat IFA yang selalu menjadi tempat penitipanku (?) selama ini tanpa protes sekalipun 😀 *saranghaesaeng* *wink*

*ketjcup*

 

 

3 thoughts on “[ Donghae ] ONESHOT || Only You!

Leave a comment