[TWOSHOOT/HANGENG] PROMISE Part B END

Title                : ‘PROMISE’

 

Author            :  specialhan

 

Genre             : Sad, Angst

 

Length            : Oneshoot / 8180 words   

 

Cast                : Han Geng – Xiao Yi Rin (HanRin) hahaha Continue reading

[TWOSHOOT/HANGENG] PROMISE

1912118_712038515493645_468290333_n

Title                : ‘PROMISE’

 

Author            :  specialhan 

 

Genre             : Sad, Angst

 

Length            : Oneshoot / 8180 words   

 

Cast                : Han Geng – Xiao Yi Rin (HanRin) Continue reading

[Twoshot] PROMISE (Special Hangeng’s Day) – {Part A}

Title                : ‘PROMISE’

Author            :  specialhan 

Genre             : Sad, Angst

Length            : Oneshoot / 8180 words   

Cast                : Han Geng – Xiao Yi Rin (HanRin) hahaha

Disclimer        : FF ini punya saya, Rin punya Han begitu juga sebaliknya ^^ kritik dan saran diterima dengan baik apa aja bentuknya[?] ^^

===================================================================== 

 

“Yang kutahu, keberadaanmu… adalah kehidupanku. Saat kau tidak ada, maka aku juga akan tidak ada. Itu saja.”

  Continue reading

Fakta-Fakta unik uri prince Beijing ‘Hankyung’

Image

 1. Nama aslinya Han Geng (韩 庚) , nama Korea-nya Hankyung (한경).2. Lahir di Cina tanggal 9 Februari 1984

3. Golongan darah tipe B

4. Personil Super Junior yang berasal dari Cina. Tapi sekarang Hangeng lebih memilih untuk ber solo karier di Cina dan meninggalkan Super Junior

5. Warna favoritnya hitam.

6. Tidak tahu bahasa korea saat pertama kali datang ke korea

7. Sangat menyukai makanan Korea, bahkan melebihi org Korea asli. Dia suka mencampurkan saus kimchi ggadduki ke dlm sup yg dia makan

8. Merupakan salah satu lead-dancer di SuJu dan penyanyi pertama yang menjadi torch bearer di Olimpiade Beijing

9. Hangeng selalu membawa kamus mandarin dan korea.

10. Hangeng pernah ditawarkan menjadi aktor untuk membintangi salah satu F4 di Hana Yori Dango versi China tapi Oppa lebih memilih berkonsentrasi di album ke-3 SJ ketimbang jadi aktor di China

11. Orang yang mengajarkannya bahasa Korea adalah Heechul

12. Di acara Tian Tian Xiang Shang, Hangeng pernah terpeleset ketika menampilkan Super Girl.

13. Hangeng itu gak bisa marah. Sekali waktu dia pura-pura marah buat ngerjain seorang Host Talkshow.Aktingnya begitu meyakinkan sampai Donghae belepotan ngomong pake bahasa Mandarin takut Hangeng beneran marah

14. Heechul sering mengajarkan Hangeng bahasa Korea yang kotor, seperti dweeji yang artinya babi… hahaha

15. Masakan andalannya itu : Nasi Goreng Cina, karna oppa paling bisa masak itu, dan terbukti enak lo!!

16. Leader SuJu M (Super Junior Mandarin)

17. Leader Dance bareng EunHyuk,ShinDong, DongHae.

18. Saat di wawancarai Hangeng mengaku , ” Aku ingin bekerja sama lagi dengan SuJu jika masih diijinkan . Aku merindukan mereka yg sudah aku anggap seperti keluarga sendiri “

19. Hangeng Bukan seorang yang pendiam alasan dia tidak banyak berbicara karena dia blm lancar berbahasa Korea

20. Tak satupun dari 12 member SJ yg mau ajarin gege bhs Korea yg BAIK & BENAR, adapun Heenim, yg mengajarkan kata- kata kasar/ejekan

21. Dulu dia pernah bilang kalo dia ga suka permen, snack atau junkfood, tetapi saat sedang latihan ada salah satu ELF yg melihatnya sedang makan permen, jadi ga ada lagi yang percaya kalo Hangeng ga suka sama permen. Kekeke

22. Kuliah di Beijing Central Ethnical University / Minzu University. Disinilah dia mempelajari 50 jenis tarian tradisional China

23. Hangeng pernah menyumbangkan seluruh pendapatannya dari suatu iklan untuk korban gempa China beberapa waktu lalu

24. Pernah digosipin dekat sama Zhang Li Yin dan Betty Huang

25. Dia ga suka makanan pedas. Pernah di suatu acara dia disuruh makan makanan pedas, krn ga tahan dia menjerit & menangis

26. Tipe cewe ideal Hangeng adalah cewe yg bisa sayang, menghormati & menghargai keluarganya, dia tdk mementingkan fisik

27. Heechul adalah org terdekat Hangeng di SJ, meskipun Heechul jugalah yg paling sering mengejek kemampuan berbicara Hangeng

28. Hangeng mengahabiskan 20 jam sehari dalam pelatihan menari ketika ia pertama kali pindah ke Korea

29. Hangeng selalu 1 dorm dengan Heechul, sesudah debut maupun sebelum debut

30. Membuka usaha milk shake di Amerika, dgn merek milk shakenya menggunakan namanya sendiri yaitu “Hangeng Milkshake”.

31. Hangeng adalah member ke-3 yang sering di anggap eomma, selain Ryeowook dan Sungmin

32. Akhir 2008, Han bermain di drama mini CCTV “Youth Stage” di Cina

33. Hangeng pernah mengalami masalah visa saat awal debutnya karena Sebelum debutnya, Hangeng memasuki Korea dengan visa liburan dan harus kembali ke China setiap tiga bulan untuk memperbarui visa-nya sehingga dia tidak diperkenankan tampil di stage sebelum masalah Visa ini terselesaikan.

34. Saat hangeng tau masalah visa itu,ia menangis dalam perjalanan pulang, sambil melihat suasana malam Korea

35. Karena ingin membantu performance SuJu, Hangeng mendapat ide untuk memakai topeng demi menutupi identitasnya di atas panggung.

36. Film pertama Han yang berskala besar adalah ”Attack of the Pin Up Boys” sebuah produksi dari SM Pictures yang dibintangi semua anggota Super Junior kecuali Kyuhyun.

37. Pada bulan November 2007, Han membintangi sebagai peran utama dalam video debut China Zhang musik, “I Will”, dan “The Shore Waktu of Happiness” bersama Lee dan Siwon

38. Pada 21 Desember 2009, HanGeng mengajukan gugatan terhadap SM Ent untuk mengakhiri kontraknya dengan SM Ent, alesannya karena dia ngerasa SM Ent tidak adil dan terlalu ketat

39. Pada 20 Desember 2010 Pengadilan Negeri Seoul Tengah ngumumin kalo HanGeng yang menang atas gugatannya terhadap SM Ent.

40. Pada tanggal 22 Juni 2010, Han Geng resmi mengumumkan solo karir

41. Pada tanggal 6 Juli 2010 Han Geng menerbitkan versi demo lengkap dari lagunya berjudul “My Logo”.

42. Han Geng sudah mengadakan konser solo pertamanya di Beijing

43. Album Hangeng telah menduduki puncak tangga lagu berbagai besar di Cina, Taiwan, dan Singapura dan telah terjual lebih dari 350.000 eksemplar hanya dalam 2 bulan setelah rilis

44. Hangeng resmi menjadi selebriti nasional di Cina dengan debut ketiga subgrup Super Junior: Super Junior-M pada tanggal 8 April 2008 di Cina

45. Sewaktu SJ manggung di china,hangeng dan keluarganya mengirim makan buat member SJ

46. Hangeng oppa ini berasal dari china dia lolos audisi Sment dan ngalahin ribuan peserta

47. Walaupun hangeng beda 1 tahun dgn heechul,tetap heechul tidak membolehkan hangeng manggil dia hyung

48. Waktu hangeng sama heechul pergi ke departement store buat belanja,hangeng ditawarin jumper berwana merah Lalu hangeng mnjwb “no.i dont like red”.Kemudian hee nanya “why?”.Hangeng mnjwb “too feminine”

49. Waktu ada single SJ yg menduduki peringkat pertama,hangeng sangat bahagia banget Dia kemudian bertanya kpda managernya “hyung,what was the title of our song?”

50. Hangeng sangat sayang kepada ibunya,karna kerja kerasnya, hangeng mendirikan restoran pangsit utk ibunya.

cr: kumiko^
sumber: http://nurmadila.blogspot.com/

ONESHOT || “Flashback – When We Meet and That Day Come”

Title                : “Flashback – When We Meet and That Day Come”

 

Author            : Dian Tan (www.facebook.com/Diangelf or diangelf1004 on twitter)

 

Genre             : AU, Gaje, Romance[?]

 

Rating             : PG 15 / Straight

 

Length            : One Shoot / (4.954 words)

 

Cast(s)                        : Tan Han Geng – Shin Ran Rin (HanRin Couple) *plakk XD

 

Disclaimer      : Semua member Super Junior milik Tuhan YME, SMEnt, ELF’s dan keluarganya. Tapi Ran Rin milik Han Geng, begitu juga sebaliknya. Yang lain? Memang untuk anda, hahaha *dicekek* FF ini punya Author, No Bash No CoPast! Author hanya menerima kritik dan saran yang membangun *diinjek* XD

 

A/N                 : Nihaomaaaa, Readers… *plakk* Hallo saya kembali dengan masih menggandeng[?] HanRin Couple. Adakah yang menunggu kelanjutan kisah mereka? #Gak ada!! >,< well, Yesung-dah lah, hope all like it! J 

 

 

HAEppy Rea-ding-dong-rea-ding-dong-rea-ding-dong *ala SHINee* xD

 

 

Don’t forget to RCL, ghamsahamnidaaaaa.. *bow*

 

==================================================================

 

            “Berharap hari itu tidak pernah datang, tetapi..jika hari itu tidak datang apakah hari ini akan tetap ada?”

 

***

 

 

Beberapa foto dari kegiatan fan meeting Han Geng memenuhi layar laptop Ran Rin saat ini, juga sederet kalimat yang disampaikan pria itu melalui akun Weibo-nya. Ran Rin tersenyum menatapnya. Menatap jejeran foto acara fan meeting Han Geng yang digelar di China University of Geosciences beberapa hari yang lalu. Rasanya itu seperti bukan fan meeting karena fans yang datang hampir enam ribu, bahkan yang menunggu di luar gedung juga banyak. Layaknya sebuah konser.

 

 

            Ran Rin kembali tersenyum saat foto-foto lain yang memenuhi akun pribadinya itu lagi-lagi menunjukkan ekspresi Han Geng yang tengah tersenyum. Beberapa hari ini Ran Rin memang begitu sibuk menyelesaikan tugas sketsa rancangan yang harus diserahkannya dalam waktu dekat, bahkan untuk sekedar mencari tahu jadwal Han Geng saja ia tidak sempat. Tumpukan tugas kembali menenggelamkannya. Dan setelah waktu luangnya datang, ia ingin memanfaatkannya untuk mencari tahu semua jadwal terbaru Han Geng. Jangan tanya kenapa, karena sudah menjadi kebiasaan.

 

 

            “Seperti sedang konser,” lirih Ran Rin saat melihat foto fans yang memenuhi venue, bahkan banyak yang membawa lightstick berwarna biru safir. Indah, pikirnya. Jemarinya kembali menelusuri akun pribadinya, sampai berhenti tepat di sebuah foto yang menampilkan ekspresi Han Geng yang menurutnya menggelikan. Pria itu tersenyum tapi masih sempat menjulurkan sedikit lidahnya. Ck, dasar.

 

 

            “Bagaimana bisa kau masih terlihat tampan sekalipun lidahmu kau keluarkan, huh?” racau Ran Rin pada dirinya sendiri. Matanya masih menatap lekat foto Han Geng yang menghiasi layar laptop-nya. Seulas senyum kembali tersungging.

 

 

            Untuk sebentar Ran Rin terdiam. Dia tengah menikmati getaran lembut yang menjalar di hatinya setiap kali menatap foto Han Geng. Selalu dan selalu. Senyumnya seolah tak pernah lelah datang tiap kali matanya menelusuri foto pria tersebut.

 

 

Tepi ranjang Ran Rin berderit saat dia hendak bangun untuk melihat hasil rancangannya semalam, namun sayang, pergerakannya yang tergesa membuat ujung sikunya membentur meja nakas di sisi kanan. Beberapa benda di atasnya terjatuh, termasuk sebuah figura ukuran kecil yang menampilkan senyum seorang pemuda yang tengah merangkul bahu seorang gadis belia yang wajahnya tak mengarah pada kamera, melainkan menoleh pada pemuda di sampingnya. Ujung foto dalam figura tersebut sedikit usang, agaknya foto itu diambil beberapa tahun silam. 

 

 

Ran Rin tersenyum melihat foto tersebut. Dengan perlahan ia meraih figura coklat itu, menatapnya tanpa berkedip sembari mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur. Tangan kanannya mengusap lembut permukaan benda persegi itu tanpa sedikitpun mengurangi kadar keceriaan senyumnya. Pelan Ran Rin mendesah, melepaskan sedikit debu yang sepertinya sudah masuk ke rongga paru-parunya. Membiarkan pikirannya melayang, menerawang ke waktu itu, waktu dimana ekspresi dalam figura itu tercetak, juga waktu saat pertama kali ia melihatnya dengan jelas. Melihat matanya yang meneduhkan dan senyumnya yang menenangkan. Ya, saat  itu…

 

 

Flashback On

 

 

01.12pm. July, 8th 2008 Nippon Budokan, Tokyo, Jepang.

 

 

Ran Rin tersenyum lebar menatap selembar kertas yang kemarin diberikan Tae Rin untuknya. Kertas yang tak lain adalah tiket fan meeting pertama boyband idolanya, Super Junior. Dengan bahagianya ia menerima tiket tersebut, tanpa bertanya darimana benda tipis itu berasal.

 

 

Ya, bisa ditebak ada dimana Ran Rin saat ini. Hanya dengan bermodalkan uang pinjaman dari Tae Rin, Ran Rin nekat pergi ke Jepang, menghadiri acara yang sudah ditunggunya dari dua minggu yang lalu.

 

 

Langkah Ran Rin lebar dan tegas memasuki gedung bertingkat yang kini berdiri di hadapannya. Namun senyum juga langkahnya terhenti begitu suara isakan gadis kecil menerobos gendang telinganya. Mata almondnya memicing mencari sumber suara yang semakin dekat seiring langkahnya yang maju. Seolah lupa akan niat awalnya ke tempat ini, Ran Rin terus berjalan mengendap.

 

 

Tidak sampai sepuluh langkah Ran Rin berjalan, kini matanya mendadak melebar. Mendapati seorang pemuda yang tengah berjongkok di hadapan seorang gadis kecil berkuncir dua di bawah sebuah pohon rindang yang sepi. Pemuda itu membuka perlahan baju yang di kenakan sang gadis kecil, dan membuka tergesa jaket yang dipakainya.

 

 

Pemandangan yang ditangkap mata Ran Rin saat ini sontak membuat darahnya mendidih. Kedua tangannya mengepal, dan giginya gemeletuk. Tanpa pikir panjang, Ran Rin mendatanginya,  menghujani pukulan pada sosok pemuda yang berjongkok membelakanginya, tanpa melihat siapa sosok itu lebih dulu.

 

 

“Yak! Dasar hidung belang! Tidak tahu diri! Tidak punya malu! Apa yang mau kau lakukan pada gadis sekecil itu, huh?! Pedofiiilll!!! Enyah kau sekarang! Pergi! Sana pergi! Pergiiiiiiiiiiiiiii…….!!!” Ran Rin memekik kalap pada pemuda yang sedari tadi mencoba menghindari pukulannya, tapi pukulannya semakin membabi buta. Pemuda itu tidak tinggal diam, dengan cekatan ia menangkis pukulan yang dilepaskan Ran Rin.

 

 

“Hei! Hei! Hei! Nona! Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau memukulku?!” protes pemuda itu sambil terus menghadang serangan dari Ran Rin.

 

 

“Tentu saja menghajarmu, pabo! Dasar pria mesum! Tidak tahu diri! Tidak pu-nya-ma-..” aksi brutal Ran Rin terhenti seketika begitu wajah sang pemuda sudah dilihatnya dengan utuh. Matanya yang tadi melebar kini benar-benar terbelalak dengan sempurna. Mulutnya bahkan turut menganga lebar.

 

 

“Han-Han Kyung Su-Super Junior?! K-kau..” Ran Rin memekik tertahan sambil menutup mulutnya dengan punggung tangan. Ternyata korban dari kekerasan yang baru saja ia lakukan adalah Han Kyung Super Junior, salah satu anggota boyband yang dikaguminya.

 

 

Han Kyung menatap Ran Rin di hadapannya sedikit enggan. “Ya?”

 

 

“Apa yang kau lakukan di sini bersama.. gadis kecil itu?” tunjuk Ran Rin pada gadis kecil di belakang punggung Han Kyung. Han Kyung menoleh sebentar pada sang gadis kecil, “tentu saja menolongnya, memangnya apa lagi? Baju gadis kecil itu basah karena tadi dia dikerjai teman-temannya. Aku tidak tega melihatnya kebasahan yang mungkin bisa menyebabkannya sakit, untuk itu aku memberikan jaketku padanya, tapi tiba-tiba saja kau memukulku bertubi-tubi,” jelas Han Kyung.

 

 

Raut wajah Ran Rin berubah menyesal. Wajahnya menunduk, menyembunyikan malunya dalam-dalam. “Ah.. Mi-mianhae.. Kupikir kau..”

 

 

“Apa? Melecehkan gadis sekecil itu, begitu maksudmu, Nona?” Ran Rin mengangguk samar, membuat Han Kyung mendecak kesal. Dengan gontai ia mendekati gadis berkuncir dua itu, membenarkan posisi jaketnya, dan menarik rapat retsleting jaket itu hingga atas. “Jangan khawatir, kau sudah aman sekarang. Teman-temanmu tidak akan mengganggumu lagi, sekarang kau bisa pulang.” Tuturnya  lembut sambil mengacak rambut gadis kecil itu pelan.

 

 

Si gadis kecil itu tersenyum malu. Semburat merah jambu seketika menghiasi kedua pipi tembamnya. “Arigatou Oniisan.” Han Kyung mengangguk tersenyum, lalu membiarkan gadis kecil itu pergi dengan membawa serta jaketnya.

 

 

Kini mata teduh itu menatap Ran Rin tajam. Sedang yang ditatap dengan cepat membuang muka ke Amerika. Tidak sanggup berhadapan langsung pada sosok yang menjadi alasan utamanya menjejakkan kaki di Negeri Sakura ini.

 

 

Ya, sejak single pertama yang dikeluarkan Super Junior, Ran Rin sudah sangat terhipnotis akan pesona Han Kyung. Tanpa pikir panjang, ia mendeklarasikan dirinya sebagai seorang ELF dan GengFans, walaupun rasanya masih ragu. Semenjak itu, benda atau hal apapun yang berhubungan dengan Super Junior terlebih Han Kyung, tak sedetikpun ia lewatkan. Termasuk acara FanMeeting pertama mereka yang diselenggarakan di Jepang. Meskipun ia phobia akan ketinggian, apalagi saat naik pesawat, namun semua itu seolah tak berarti. Karena keinginan terkuatnya adalah menatap senyum Han Kyung dari dekat dan berfoto bersama. Namun jika melihat situasinya kali ini, akan terasa sulit baginya untuk menatap senyum Han Kyung, apalagi berfoto bersama.

 

 

Ran Rin merasa risih saat mata Han Kyung terus menatapnya tajam, membuat jantungnya semakin berdendang tak terkendali. “Jangan menatapku seperti itu, aku tidak suka,” ketusnya.

 

 

“Apa kau seorang ELF?” tanya Han Kyung balik tanpa memperdulikan ucapan ketus Ran Rin, Ran Rin mengangguk. “Kau mau menghadiri FanMeeting kami?” lagi-lagi Ran Rin mengangguk. Han Kyung mendengus dan tersenyum samar, “sayang sekali nona, acara kami sudah selesai dari setengah jam yang lalu.”

 

 

Ran Rin terkesiap. Reflek ia melirik Guess hitam miliknya. “A-apa?!”

 

 

***

 

 

“Hyung, tadi kau kemana setelah acara usai?” tanya Dong Hae pada Han Kyung yang tengah memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam tas. “Menelepon orang tuaku.” Balas Han Kyung ramah. Dong Hae bersiap bertanya lagi, namun tidak jadi begitu melihat sang manajer datang.

 

 

“Mobil sudah siap, kajja. Jadwal kalian masih banyak di Seoul.” Tanpa menunggu aba-aba, sang manajer, Kim Joong Hoon, dengan cepat meninggalkan ruangan dengan member Super Junior yang mengekor di belakangnya. Mereka berjalan cepat menuju basement, menghampiri van putih yang sudah ditumpangi sang manajer lebih dulu. Ki Bum bersiap masuk, namun pandangannya tiba-tiba mengarah pada seorang gadis yang sedang duduk menekuk lutut sambil bersandar di salah satu tiang penyangga tak jauh dari mobil mereka.

 

 

“Geu yeoja nugu?” tanyanya pelan dengan ujung dagu. Lee Teuk yang berdiri di belakangnya turut menoleh, diikuti beberapa kepala lain yang juga menilik kearah yang ditunjuk Ki Bum.

 

 

Han Kyung yang merasa mengenali penampilan gadis itu reflek mendekat. Matanya memicing, menelisik wajah sang gadis yang tertunduk lemah. “Kau.. bukankah kau gadis yang tadi?” tanya Han Kyung setelah berhasil mengenali siapa gadis yang terlihat mengenaskan itu.

 

 

Gadis itu terlonjak. Reflek kepalanya mendongak dan berdiri. Beberapa benda yang tadi dipeluknya jatuh berserakan. Memancing kedatangan member lain yang sebelumnya hanya memandang aksi Han Kyung dari jauh.

 

 

“Kau mengenalnya, Hyung?” Sung Min menyenggol lengan Han Kyung pelan, namun Hankyung tetap bergeming. Mata teduhnya tengah betah menyelami mata almond milik Ran Rin yang membulat sempurna. Terkejut dengan sangat mendapati idolanya berjejer di depannya dengan jarak yang dekat. Kyu Hyun yang tingkat keingintahuannya paling terlihat dengan santai memungut sebuah binder berwarna biru, membukanya asal dan sesekali tersenyum penuh arti.

 

 

Jejeran jadwal kegiatan Ran Rin terpampang jelas di mata Kyu Hyun, kembali membuatnya tersenyum. “Meminta tanda tangan, memberi kenang-kenangan, dan berfoto bersama Han Kyung?” beberapa diantara sederet jadwal Ran Rin di buku catatannya dengan lancang Kyu Hyun bacakan. Memancing Ye Sung, Shin Dong, dan Hee Chul mendekat lebih padanya.

 

 

“Kau seorang ELF?”

 

 

“Eoh, lihat, ada foto kita!”

 

 

“Jadi..namamu Shin Ran Rin?”

 

 

Serentetetan suara menyerbu Ran Rin dalam waktu bersamaan. Tepat saat Hee Chul menyebut namanya, Ran Rin tersentak. Otaknya seperti baru ditarik paksa dari alam bawah sadar. Ia terkesiap dan menoleh cepat pada kerumunan yang tengah membolak-balik binder-nya tanpa permisi.

 

 

“Yak! Jangan lihat-lihat seenaknya! Itu punyaku!” serunya lantang. Suara cemprengnya sontak membahana, memenuhi basement parkir yang lengang. Kang In dengan reflek menutup kedua telinganya, dan dalam gerakan cepat binder malang itu sudah berpindah ke tangannya. Ran Rin melesat kilat, tapi sayang, gerakannya tak secepat Kang In, akibatnya dia hanya bisa merengut saat binder itu kembali dibolak-balik tanpa kasihan.

 

 

“Namamu Shin Ran Rin?” tanya Lee Teuk saat membalik halaman yang berisi data diri Ran Rin, Ran Rin mengangguk.

 

 

“Kau sengaja datang dari Seoul hanya untuk melihat kami?” tanya Eun Hyuk. Lagi-lagi Ran Rin mengangguk.

 

 

“Kau datang bersama siapa?” kali ini Si Won yang bertanya. “Sendiri.” Jawab Ran Rin pelan.

 

 

Di halaman berikutnya Ryeo Wook menemukan selembar fotocopy tiket fan meet mereka. “Ini fotocopy tiket acara kami, ya? Kenapa kau mencopynya?”

 

 

“Untuk kenang-kenangan agar aku selalu ingat aku pernah hadir dalam acara fan meet pertama kalian,” ungkap Ran Rin. “Tapi sayangnya aku terlambat, huufth..bodoh..” rutuknya. Wajahnya terlihat sangat sedih.

 

 

Lee Teuk tersenyum seraya menghampiri Ran Rin yang menundukkan wajahnya. “Wae? Kau sedih?” Ran Rin mengangguk. “Kenapa sedih? Bukankah sekarang kau sudah bertemu kami?” lanjut Lee Teuk.

 

 

“Aku memang bertemu dengan kalian, tapi aku tidak bisa menjadi salah satu peserta fan meet padahal aku sudah merelakan membolos dari sekolah tapi hasilnya malah begini..”

 

 

Semua member Super Junior menatap sedih pada Ran Rin, kecuali Han Kyung. Rasanya pemuda itu masih kesal dengan keributan yang terjadi antara mereka sebelumnya.

 

 

“Baiklah sebagai penebus keterlambatan, waktu bolos, dan kesedihanmu, bagaimana kalau kita berfoto bersama, kau mau?”

 

 

Seketika, wajah Ran Rin mendongak. Matanya berbinar tak percaya. Hatinya senang berjuta kali lipat mendengar tawaran yang dilontarkan Lee Teuk. Langsung saja ia mengangguk dua kali dengan penuh semangat. “A-aku mau, Oppa! Aku mau!”

 

 

Segera saja semua member tersenyum lucu melihat tingkah Ran Rin, kecuali Han Kyung. Pemuda itu masih berdiri di belakang Ran Rin, menatap punggung gadis itu dengan tatapan datar. Ada segaris rasa yang tiba-tiba terselip di hatinya, namun ia tidak tahu apa, hanya tahu rasa itu menderanya dengan perlahan.

 

 

Semua member sudah bersiap dengan gayanya masing-masing, tentu dengan adanya Ran Rin di tengah mereka. Namun Ki Bum tiba-tiba berseru. “Siapa yang akan memfoto kita?” ujarnya. Han Kyung yang berdiri paling belakang kontan mendekat, “biar aku yang ambil,” ujarnya. Lalu bergerak cepat ke hadapan semua member dan Ran Rin yang sudah siap dengan jari tangan dibentuk huruf v sebagai gaya andalan. Bibirnya membentuk senyum yang memaksa kedua mata sipitnya berubah menjadi segaris lurus nan lucu. Tanpa sadar Han Kyung tersenyum melihatnya sebelum suara dari Instax milik Ran Rin mengeluarkan bunyi ‘klik’.

 

 

Dengan tergesa Ran Rin menghampiri Han Kyung yang masih mengibas-ngibaskan selembar foto hasil bidikannya. Tanpa tahu kalau Han Kyung menatapnya intens dengan hati yang kembali mendesirkan rasa aneh.

 

 

“Bagaimana hasilnya?” tanya Dong Hae yang turut mendekat ke arah Ran Rin, Ran Rin tersenyum puas. Ada rasa haru yang tiba-tiba menyergapnya. Bagaimana tidak, dia tidak pernah membayangkan akan bisa berfoto bersama idolanya. Dia pikir hari ini akan berlalu dengan sangat melelahkan dan menyedihkan saat kenyataan bahwa ia terlambat begitu memukulnya. Namun ia salah, nyatanya hari ini begitu indah. Bahkan berjuta kali lebih indah dari bayangannya.

 

 

“Sekarang giliran aku.”

 

 

Tiba-tiba Han Kyung mendekat pada Ran Rin, membuat gadis itu berjengit terkejut. “A-apa?” tanya Ran Rin gugup saat mata Han Kyung seperti memenjarakannya seketika. Dong Hae yang mengerti lantas mengambil alih Instax milik Ran Rin, berdiri di hadapan mereka, dan bersiap membidik.

 

 

“A-apa yang ma-“

 

 

“Kau mau berfoto bersamaku, kan? Kalau begitu, ayo kita lakukan! Hae-ya, sekarang!”

 

 

SREET!

 

 

‘KLIK’

 

 

Han Kyung dengan lancang memeluk bahu Ran Rin, membuat gadis itu terkejut dan tak menoleh ke arah Instax sedikitpun saat Dong Hae mengambil foto. Matanya hanya terfokus pada wajah Han Kyung di sisi kanannya. Hasil jepretan Dong Hae memang unik. Bahkan sekalipun Ran Rin tak melihat pada kamera, foto itu tetap terlihat bagus. Setidaknya itulah yan ada dalam pikiran Han Kyung saat kembali mengibaskan lembaran foto yang berisi dirinya dan Ran Rin yang memasang tampang bodoh. Benar-benar lucu.

 

 

Sementara Ran Rin masih terpaku pada keterkejutannya. Gadis itu tak menyangka bahwa Han Kyung akan dengan mudah mengabulkan keinginannya berfoto bersama. Benar-benar mengejutkan. Ditambah Han Kyung lah yang lebih dulu menariknya dalam aksi foto tadi, membuat Ran Rin terkaget dengan perasaan berkecamuk hebat.

 

 

Tanpa semua member tahu, Han Kyung, bahkan Ran Rin sendiri, dua lembar foto tersebut seolah sudah menjadi pertanda akan apa yang terjadi terhadap mereka. Foto Han Kyung yang terpisah dari semua member dan foto Han Kyung bersama Ran Rin, seolah sudah memberi tanda-tanda bahwa hari itu akan datang. Hari dimana air mata semuanya akan terurai dengan deras saat sebuah keputusan berat diambil. Saat sebuah perpisahan mau tak mau harus terjadi. Saat nanti akhirnya jalan masing-masing lah yang menentukan mereka. Hari itu.. ya, hari itu, hari yang sampai kapanpun kedatangannya tak pernah sedikitpun Ran Rin dan semua member kehendaki. Tidak pernah..

 

 

==oOo==

 

 

08.15pm. Desember, 21th 2009

 

 

            Aku sudah berada di Beijing. Terimakasih sudah mencintaiku. Aku menyayangi kalian..” 

 

 

            Sederet ucapan yang dilontarkan Han Kyung melalui akun pribadinya sukses membuat Ran Rin memuntahkan kembali minuman yang baru saja diteguknya. Ucapan perihal hengkangnya dari Super Junior. Berita ini merebak sangat cepat, lebih cepat dari pesawat ekspres sekalipun.

 

 

            Baru satu tahun Ran Rin benar-benar resmi mendeklarasikan dirinya sebagai seorang GenFans, namun sebuah batu besar sudah menimpanya. Bagaimana tidak, sang idola yang begitu dikaguminya mendadak memutuskan keluar dari naungan dan lebih memilih bersolo karir di negeri sendiri. Han Kyung, ya dialah sang idola itu.

 

 

            Terkejut? Bukan. Bukan hanya terkejut, tapi syok. Itulah yang terjadi pada Ran Rin. Wajahnya mendadak memanas dan memerah. Tubuhnya membatu dengan pikiran berkecamuk hebat. Selang setahun dari perasaan bahagianya setelah behasil berfoto bersama dengan idolanya, Super Junior, dan sekarang perasaan itu harus rela terkoyak tanpa belas kasih.

 

 

            Sakit.

 

 

            Pedih.

 

 

            Marah.

 

 

            Kecewa.

 

 

            Semua bercampur jadi satu.

 

 

Inikah, inikah cobaan pertama yang harus didapatnya saat dirinya benar-benar menyandang status sebagai seorang ELF? Seperti inikah? Baru satu tahun ia benar-benar memantapkan hatinya untuk terus mencintai mereka, tapi kenapa begini? Hanya karena sebuah pernyataan melalui akun pribadi idolanya sudah berhasil membuatnya lupa akan caranya bernapas.

 

 

Sesak.

 

 

Keputusan Han Kyung yang hendak keluar dari Super Junior dan menuntut balik SMEnt atas kontrak kerja tak masuk akalnya menjadi topik luar biasa gencar. Semua media menyebarkannya. Bahkan sekalipun Han Kyung sudah berada di Beijing, berita itu tetap melambung tinggi. Tak memikirkan akibat apa yang ditimbulkan jika berita itu terus beredar. Bagaimana dengan ELF? Adakah yang menanyakan hal itu? menanyakan tentang keadaan fans yang sedang ditingalkan? Adakah?

 

 

Tidak!

 

 

Jika bukan ELF sendiri yang menenangkan hati, rasanya tak ada yang bisa menenangkan mereka. Sulit? Sangat. Bahkan Han Kyung yang sudah berada di Beijing saja masih benar-benar merasa bersalah atas keputusan yang diambilnya. Tapi dia bisa apa? membatalkannya? Tidak mungkin! Keputusan itu sudah ia pikirkan jauh sebelum hari ini datang. Pemikiran bulat yang akan ia ambil apapun resikonya, bahkan menyakiti ELF sekalipun. Tapi bukankah ELF akan selalu mengerti? Akan selalu menerima, iya kan? Jika saja boleh menjawab, maka ELF akan dengan tegas menjawab TIDAK! Tapi kembali, mereka bisa apa? bukankah mereka hanya bisa mendukung walaupun tahu keadaan hati mereka yang jauh lebih buruk dari seorang yang sedang patah hati. Lebih buruk dari seorang yang baru saja ditolak, lebih. Mereka.. hancur.

 

 

Begitu juga dengan Ran Rin, tidak jauh berbeda, sama-sama hancur. Lebih hancur dari yang orang ketahui. Karena jauh dari mata semua orang, dia mengenal baik seorang Han Kyung. Mengenal pemuda itu dari awal ia mengenal seorang namja. Mengenal tentang pribadi hangat dan ramah pemuda itu, tapi sekarang? Bahkan berbisik saja Ran Rin tak mampu. Lidahnya kelu. Bibirnya terkunci. Hatinya sakit. Teramat sangat. Ia ingin menangis atau menjerit, tapi tidak bisa. Kerongkongannya turut menggersang bersama leburnya perasaan bahagia yang ia dapatkan setahun lalu. Sakit.  

 

 

==oOo==

 

 

10.15am. Desember 30th 2009

 

 

            Han Gang Park terasa begitu sepi. Semilir angin yang berembus berhasil mengoyak sehelai demi sehelai rambut Ran Rin yang terikat berantakan. Tentu saja sepi, ini masih pagi untuk ukuran jalan-jalan. Untuk menikmati musim dingin setelah natal. Tapi tidak bagi Ran Rin, dia.. menikmatinya.

 

 

            Sudah sembilan hari ia terus muram. Matanya sudah bengkak tak terhinga akibat menangis setiap malam. Jangan bertanya apa penyebabnya karena semua itu sudah jelas. Han Kyung. Ya, pemuda itulah alasannya. Alasannya tak bersemangat berangkat ke sekolah, tak bersemangat makan, dan tak bersemangat melakukan apapun. Semangatnya seperti turut dibawa pergi oleh Han Kyung.  

 

 

            Ran Rin mendesah. Ini sudah kali ke-sepuluh gadis itu menghela napas berat yang panjang. Meloloskan beribu-ribu kesesakan yang memeluknya erat. Membiarkan pikirannya tenang untuk sejenak. Kenapa? Ada apa dengannya? Apakah gadis itu sedang sakit?

 

 

            Sakit? Sangat. Keluarnya Han Kyung dari Super Junior tidak hanya membawa senyumnya, tapi juga rasanya. Rasa terdalamnya.

 

 

Tanpa Han Kyung ketahui dan sadari, di awal kemantapan Ran Rin menetapkan hatinya untuk menjadi seorang ELF dan GengFans, dia juga turut menetapkan hatinya untuk Han Kyung, untuk idolanya. Hanya Han Kyung. Tanpa memikirkan lebih dulu bagaiman atau apa resiko yang akan mendatanginya. Bodoh memang tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah terlanjur menyukai Han Kyung dengan kadar di luar batas. Menyukainya tanpa membawa embel-embel nama di belakangnya. Menyukainya dengan sangat. Tanpa tahu sejak kapan rasa itu datang. Tanpa tahu kenapa bisa begitu. Tidak, dia tidak tahu. Dia hanya tahu menyukai Han Kyung. Hanya itu.  

 

 

Sebait chorus dari lagu Twins milik Super Junior menggema tiba-tiba. Mengejutkan Ran Rin yang tengah terpejam menikmati sisiran angin di kulitnya. Ternyata ponselnya yang berdering. Menampilkan sederet nomor tak dikenal yang menghiasi flap ponsel hitam tersebut.

 

 

Ran Rin mengernyit heran. Satahunya tak ada kontak yang tak diberi nama di phone book-nya, tapi nomor ini? walaupun heran, tak urung Ran Rin menekan tombol hijau dan mendekatkannya ke telinga.

 

 

“Yeobseyo..?” sapanya lemah.

 

 

“…..” suara di seberang belum terdengar.

 

 

“Yeobseyo, Ahgasshi?” ulangnya.

 

 

“…..”

 

 

Ran Rin berdecak keras saat suara di ujung sambungan tak juga terdengar. Dia sudah siap mengeluarkan umpatan sampai sebuah suara di sana menyelanya.

 

 

“Rin..”

 

 

Suara itu menendang gendang telinga Ran Rin dengan lembut. Mengalirkan jutaan volt ke dalam tubuh Ran Rin, berdesir hebat di bawah pembuluh darahnya.

 

 

“Rin..”

 

 

Kembali suara itu terdengar, membuat Ran Rin harus mati-matian menguatkan hati dan keyakinannya kalau suara ini bukanlah milik seseorang yang sembilan hari lalu sukses merapuhkannya.

 

 

“Rin, ini aku..”

 

 

Tidak. Telinga Ran Rin pasti sudah konslet sekarang. Mana mungkin sosok itu yang menghubunginya.

 

 

“Rin, apa kau bisa mendengarku? Ini aku, Han Kyung..”

 

 

Cukup. Ran Rin sudah benar-benar gila rasanya. Bahkan suara yang menendang telinganya kini sungguh mirip suara seseorang itu, sangat. Ran Rin ingin bersuara, tapi kerongkongannya kembali menandus dalam hitungan detik. Sial!

 

 

“Aku tahu pasti kau tidak percaya dengan apa yang telingamu dengar, tapi ini sungguh aku, Rin, Han Kyung.. ak-“

 

 

“Han-Han Kyung-sshi?”

 

 

Ran Rin menelan ludahnya susah payah. Masih tak percaya sekalipun lawan bicaranya sudah menyebutkan nama, baginya ini terasa seperti mimpi. Tapi tidak bagi Han Kyung-lawan bicara Ran Rin-entah bagaimana bisa, mendengar suara Ran Rin menyebut namanya sudah mampu mengalirkan bermilyar-milyar liter air yang siap menenangkan hatinya, memberikan kenyamanan hanya melalui suara. 

 

 

Han Kyung dan Ran Rin. Setelah insiden pukul-pukulan yang Ran Rin layangkan pada Han Kyung setahun yang lalu, secara perlahan mereka mulai dekat. Dekat karena Ran Rin sering menonton aksi panggung mereka. Dekat karena Ran Rin tak pernah absen melewati dorm mereka saat pulang sekolah. Dekat karena perlahan Han Kyung mulai mencari tahu semua tentang Ran Rin., termasuk nomor ponsel gadis itu.

 

 

Tapi sekarang?

 

 

Sudah sembilan hari Ran Rin tak lagi melakoni kegiatan rutinnya sepulang sekolah. Dia tak lagi melewati dorm Super Junior hanya untuk sekedar menatapnya dari jauh. Dia bukan tidak mau tapi kekuatannya seperti lenyap tak berbekas. Bahkan jika ditanya bagaimana perasaannya pada Han Kyung saat ini, mungkin dia akan menyelipkan kata ‘benci’ dalam kalimatnya. Benci karena Han Kyung sudah seenak hati membawa semua kemantapan hatinya, sedikitpun tak bersisa.

 

 

“Iya, ini aku. Kau.. bagaimana kabarmu?” tanya Han Kyung sedatar mungkin. Sebenarnya tak bertanya pun dia sudah tahu bagaimana keadaan Ran Rin.

 

 

Ran Rin menghela napas panjang. Tidak terlalu terkejut mengetahui yang meneleponnya adalah Han Kyung. Bukan karena sudah terbiasa, tapi rasa sakit di ulu hatinya seolah melenyapkan rasa kagetnya. Rasa itu terlalu perih sampai-sampai Ran Rin tak tahu bagaimana cara mengobatinya.

 

 

“Kabarku? Kau sungguh ingin tahu bagaimana kabarku, huh?” decakkan meremehkan terdengar jelas dari nada suaranya.

 

 

“Rin..” lirih Han Kyung. Terselip nada sedih di dalamnya.   

 

 

“Apa? Kurasa kau tidak perlu tahu bagaimana kabarku, kau pasti sudah tahu,” timpal Ran Rin sinis.

 

 

Han Kyung menarik napas panjang. “Aku tahu kau marah padaku, tapi tidak bisakah kau mendengar dan mengerti bagaimana posisiku, hum?”

 

 

“Tidak!”

 

 

“Rin..”

 

 

“Apa, huh? Kau mau aku mengerti apa, posisimu? Kau sendiri tidak mau mengerti bagaimana kami! Bagaimana buruknya keadaan kami saat ini, bagaimana terpuruknya kami, dan bagai-“

 

 

 “Rin, aku tahu, tapi-“

 

 

“Tidak, Han Kyung-sshi, kau tidak tahu! Kau tidak tahu bagaimana aku sekarang! Kau tidak tahu!”

 

 

“Rin, aku tahu! Aku tahu, sungguh!”

 

 

“Kalau kau tahu, kenapa kau masih pergi?! Kenapa?! Apa aku dan yang lain punya salah terhadapmu, huh? Kenap-“

 

 

“Kumohon, Rin, jang-“

 

 

“A-aku sakit, Han Kyung-sshi.. sangat. Bahkan aku tidak tahu bagaimana cara mengobatinya. Rasa ini begitu menghimpitku, membuatku sesak. Sesak..”

 

 

Ran Rin menekan hatinya kuat-kuat. Tangisnya yang sedari tadi tertahan kini lolos begitu saja. Pertahanannnya runtuh. Sekuat hati ia menahan amarahnya, tapi tak bisa. Jiwa labilnya dengan mudah mencuat.

 

 

“Aku..sebagai diriku, aku bisa mengerti posisimu, bisa menerimanya, bisa memahaminya. Tapi sebagai seorang fans, aku tidak bisa. Aku tidak suka ditinggalkan. Aku tidak suka melihatmu pergi meninggalkan mereka. Aku tidak suka..”

 

 

Han Kyung merasa hatinya teriris, tersayat-sayat lalu dilumuri garam. Perih. Apa yang dirasakan Ran Rin pasti juga dirasakan ELF yang lain. Dirasakan semua orang yang menyayanginya. Tapi mau bagaimana? Keputusannya sudah bulat dan matang. Bahkan ia memikirkannya jauh-jauh sebelumnya. Tidak mungkin dan tidak bisa dibatalkan. Walaupun menyakiti banyak orang tapi keputusannya harus tetap dilakukan.

 

 

“Maafkan aku, Rin.. aku tahu kau dan ELF yang lain begitu marah, kecewa dan sakit hati padaku. Maafkan aku..kalau saja ada jalan lain yang bisa kuambil, pasti kubuang jauh-jauh keputusanku untuk meninggalkan mereka. Pasti. Tapi..kau juga pasti tahu, berapa kali pun aku berputar dan berkeliling mencari jalan lain, tetap saja aku terhenti pada keputusan ini, langkahku menuntunku pada jalan ini, bukan yang lain.”

 

 

“Aku mengerti, sangat-sangat mengerti bagaimana perasaanmu saat ini, tapi kumohon, kau juga bisa mengerti perasaanku, keadaanku. Bukan keinginanku menyakiti kalian semua, tapi kembali, aku tidak berhasil menemukan jalan lain agar tak menyakiti kalian. Aku buntu. Maafkan aku..maaf..”

 

 

Tak bedanya dengan Ran Rin, Han Kyung juga terisak. Dadanya terasa sesak saat sadar sudah banyak hati yang tersakiti karena keputusannya. Banyak tangis dan jerit yang mungkin menggema karena ulahnya. Banyak emosi yang tersulut karena dirinya. Dan semua itu semakin bertambah saat Ran Rin yang menyampaikannya. Gadis itu pasti terluka, dalam.

 

 

“Tidak, kau tidak perlu meminta maaf, Han Kyung-sshi.. aku yakin apa yang menjadi keputusanmu pasti itulah yang terbaik. Aku..walaupun sakit tapi harus tetap bisa menerimanya. Aku hanya seorang fans yang dituntut untuk selalu mendukung apa yang menjadi pilihan idolanya, iya kan? Dan aku menerima keputusanmu.”

 

 

“Ran Rin-ah..”

 

 

“Tapi..aku belum benar-benar bisa menerimanya, aku butuh waktu untuk ‘pulih’. Terima kasih sudah menghubungiku, setelah ini kau tidak perlu lagi melakukannya. Bukan, bukan karena aku membencimu, tapi aku hanya ingin ‘mengembalikan’ diriku. Tenang saja, aku tidak akan mengganti identitasku sebagai ELF, karena itu tidak akan mungkin dan tidak akan bisa kulakukan.”

 

 

“Tidak, Rin, jangan begini, aku..”

 

 

“Jaga kesehatanmu baik-baik di sana. Istirahatlah jika sudah waktunya, jangan terlalu memforsir tenagamu. Terima kasih, Han Kyung-sshi.. terima kasih..”

 

 

Biiiiiiipppppppppp….

 

 

Sambungan itu terputus. Ran Rin dengan cepat memtusnya, lalu membongkar ponselnya dan membuang kartu di dalamnya sembarangan. Setelahnya tubuhnya bergetar hebat. Tangisnya pecah. Pertahanannya benar-benar roboh. Ia tidak bisa lagi menahan sesak yang terus menghimpitnya. Tubuhnya luruh ke bawah seiring tangisnya yang semakin menjadi. Biarlah.. Ran Rin hanya ingin merasa lebih lega setelah mengeluarkan segala sesaknya, setidaknya itu harapannya, walaupun pada kenyataannya sesaknya tak kunjung habis. Justru berganti dengan..kekosongan.

 

 

FLASBACK OFF

 

 

Ran Rin tersenyum sendiri mengigat dirinya yang begitu labil beberapa waktu lalu. Bahkan ia memutuskan untuk tidak mempunyai ponsel untuk beberapa bulan kedepan guna memulihkan hatinya, tapi tidak bisa. Baru satu bulan ia bertahan, keadaan mengacaukannya. Tugas-tugas dan ujian sekolahnya memaksanya untuk terus menghubungi teman-temannya. Orangtuanya dan Tae Rin juga ikut protes dan memaksanya untuk kembali memiliki ponsel. Dan pada akhirnya sebuah ponsel berwarna hitam kembali berada dalam saku seragamnya.

 

 

Namun aksi ‘pemulihan’ hatinya tak berjalan lancar. Tepat di bulan ke delapan di tahun berikutnya, Han Kyung kembali berhasil mengetahui nomor ponselnya. Menghubunginya beberapa kali dalam sehari. Awalnya Ran Rin tak mau mengangkatnya, karena dia masih dalam masa pemulihan, tapi karena Han Kyung malah bertambah sering membuat ponselnya bergetar, dia memutuskan untuk menjawabnya.

 

 

Saat itu, Ran Rin tidak tahu kalau lukanya perlahan-lahan pulih dengan sendirinya seiring waktu Han Kyung yang terus menghubunginya. Mungkin bukan pulih dengan sendirinya, tapi Han Kyung lah yang mengobatinya. Pemuda itu terus meyakinkan Ran Rin untuk percaya bahwa suatu saat dia pasti kembali. Kembali pada mereka dan ‘langitnya’. Bukankah keajaiban itu selalu ada untuk orang-orang yang percaya? Lalu, kenapa Ran Rin harus ragu?

 

 

Helaan napas panjang terembus dari bibir Ran Rin, tentu dengan senyum yang masih terpasung. Dia baru saja berniat bangkit dari sisi bed-nya saat getar ponsel yang tergeletak di atas meja menginterupsi. Sebuah nama yang sudah sering menghiasi flap ponselnya sekarang kembali terlihat. Tanpa ragu Ran Rin menggeser tombol hijau.

 

 

“Yeobseyo, Han Kyung-sshi?”

 

 

Han Kyung yang ternyata sang penelepon, tersenyum cerah begitu suara Ran Rin menyapa gendang telinganya. Hatinya kembali berdesir. Tidak aneh lagi, selalu seperti itu kala suara Ran Rin mampir ke telinganya.

 

 

“Hei, apa kau sedang senang? Suaramu begitu bersemangat, ada apa?” Ran Rin menggeleng, walaupun pasti Han Kyung tak melihatnya. “Eopseo. Aku hanya sedang melihat foto saat pertama kali kita bertemu. Aku baru sadar, di foto itu aku begitu cantik, hehehe..”

 

 

“Emm, maksudmu foto yang diambil setelah insiden pemukulan di Jepang itu?”

 

 

“Yak, kenapa kau terus mengingat kejadian itu, sih? Itu kan tidak sengaja.” Han Geng terkekeh mendengar suara Ran Rin yang terkesan merengut. “Tidak sengaja bagaimana? Jelas-jelas kau memukulku deng-“

 

 

“Haish.. arraseo.. tapi itu sudah berlalu, tidak perlu diingat lagi, oke?”

 

 

“Kenapa? Apa kau malu karena saat itu kau benar-benar menjadi penjahat, hum?” mata Ran Rin terbelalak mendengarnya. “Mwo? Penjahat? Yak! Han Kyung-sshi, aku bukan penjahat, tahu!”

 

 

“Bukan penjahat bagaimana? Sejak hari itu kau berhasil membawa hatiku, bodoh! Apa kau tidak sadar, huh?”

 

 

Jawaban Han Kyung sukses membuat mata Ran Rin semakin terbelalak, jantungnya bertalu luar biasa. Darahnya mendadak berdesir di atas batas kecepatan. Pipi tirusnya merona. Dan seulas senyum hangat kembali menghiasi wajahnya. Sementara Han Kyung, ia tidak sadar akan ucapannya barusan, benar-benar meluncur begitu saja. Membuatnya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum sendiri.

 

 

Ya, tanpa Han Kyung sadari, pertemuan pertamanya dengan Ran Rin di Jepang saat itu, ternyata sudah membuatnya memberikan hatinya untuk Ran Rin secara perlahan. Padahal kalau diingat kembali, dia benar-benar marah saat itu karena tanpa alasan dihujani pukulan. Ck, lucu bukan?

 

 

Han Kyung menyandarkan tubuhnya pada dinding berwarna putih pudar di kamarnya. Kepalanya menengadah. Pikirannya menerawang jauh di waktu-waktu pertamanya bertemu Ran Rin, dan mengulas berbagai kejadian yang membuat Ran Rin masuk ke dalam hidupnya. Tanpa sadar Han Kyung tersenyum, lebih hangat dari sebelumnya.

 

 

“Rin?” Han Kyung memanggil Ran Rin dengan sangat lembut, membuat Ran Rin harus mati-matian mengatur detak jantungnya agar tak terdengar semakin kencang.

 

 

“Ne?” jawab Ran Rin pelan. “Apa kau pernah berpikir bagaimana jika hari itu tidak pernah ada, apa yang terjadi saat ini? apa mungkin hari ini akan tetap datang?”

 

 

Lagi-lagi Ran Rin tersenyum. Tubuhnya ia rebahkan di atas bed berukuran sedang miliknya. “Mungkin, tapi pasti dengan cerita yang berbeda. Sekalipun aku berharap hari ‘itu’ tidak pernah ada, tapi nyatanya hari itu tetap datang, kan?” Han Kyung mengangguk dua kali.

 

 “Rin?”

 

 

“Ne?”

 

 

“Apa kau pernah merasa menyesal bertemu denganku?”

 

 

Dahi Ran Rin mengernyit. “Kenapa bertanya begitu?”

 

 

“Jawab saja,” titah Han Kyung. Ran Rin menarik napas sejenak. “Kalau aku menyesali apa yang sudah terjadi dalam hidupku, artinya aku salah. Untuk apa menyesali yang sudah lewat, bukankah lebih baik kita mensyukurinya? Dan tentangmu, rasanya aku tidak pernah menyesal. Kau kan-“

 

 

“Sudah jangan dilanjutkan,” potong Han Kyung, Ran Rin mengenyit. “Kenapa?”

 

 

“Kalau terus dilanjutkan, kasihan semua fans-ku.”

 

 

Ran Rin melongo. “M-maksudmu?”

 

 

“Ya, kasihan mereka kalau sampai tak mendapat cintaku karena sudah habis untukmu.”

 

 

“Mwo?” Ran Rin terkejut mendengarnya. Aneh rasanya mendapati seorang Han Kyung sudah mengeluarkan kata-kata ‘ajaib’nya sepagi ini. “Yak, Han Kyung-sshi, gwaenchan-”

 

 

“Aku baik, sangat baik. Sudah sana selesaikan pekerjaanmu.”

 

 

Belum sempat Ran Rin menjawab, Han Kyung sudah kembali menyelak. “Dareun namjadeul chyeoboda bojima, neon nae yeoja, arraseo?*”

 

 

“Mwo?!!”

 

 

 

-FIN-

 

 

*) Jangan melihat pria lain, kau adalah gadis-ku, mengerti?

 

p.s: pengunaan nama Han Geng atau Han Kyung, saya sesuaikan dengan waktu, ngerti, kan? xD

 

Hoakakakakakak.. gaje yak? Hihihi -__-

Ini adalah series ke-6 dari HanRin’s Story, mungkin ada yang emang ngikutin dari awal, jadi ngerti, kalo gak, ya gak apa-apa juga *diinjek xD silahkan ke note author kalo emang tertarik baca series sebelumnya, karna ada satu series yang gak saya publih, and di note itu ori version *plak -__-  hehehe

 

Gomawo buat semua readers yang udah bersedia baca ff abal buatan saya *hug all, dan terima kasih banyak buat admin yang udah publish nih ff nista, semoga bahagia selalu buat semuanya ^^ jeongmal ghamsahamnida… *deep bow with Han*

 

Posted by Cholee